assalamualaikum wr.wb
apa kabar sobat semua? semoga baik-baik aja ya :)
kali ini saya akan memostingkan tentang 8 etnis sumatera utara, kebetulan saya ada pr tentang ini, jadi sekalian aja diposting, mana tahu bermanfaat bagi sobat semua :D
Propinsi Sumatera Utara dihuni oleh
berbagai ragam etnis / suku bangsa, baik sebagai etnis asli, maupun etnis
pendatang. Etnis asli Sumatera Utara terdiri dari 8 (delapan) etnis yaitu :
suku melayu adalah nama yang menunjuk pada suatu kelompok yang ciri utamanya adalah penuturan bahasa Melayu. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara,Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,dan Kalimantan Barat. Meskipun begitu, banyak pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu.
Di Sumatera Utara suku Melayu terdapat di Pesisir Timur, terutama di
kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat.
Suku Karo adalah suku
yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini
merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini
dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami
(dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang
disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo.
Batak
Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak. Suku Batak Tobameliputi
Kabupaten Toba Samosir sekarang yang wilayahnya meliputi Balige, Laguboti, Parsoburan,
dan sekitarnya.
Suku
Mandailing merupakan nama suku bangsa yang mendiami Kabupaten Mandailing Natal,
Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan sebagian Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sebagian pihak mengatakan bahwa Mandailing
merupakan bagian dari Suku Batak. Namun pihak lainnya berpendapat bahwa
Mandailing merupakan kelompok masyarakat yang berbeda. Hal ini terlihat dari
perbedaan sistem sosial, asal usul, dan kepercayaan.
5. Batak Pesisir
Suku Batak Pesisir disebut juga sebagai suku Pasisi atau suku Pesisi,
adalah salah satu suku yang terdapat di kota Sibolga dan Tapanuli
Tengah. Masyarakat suku Batak Pesisir ini, hidup di sepanjang pesisir
pantai sebelah barat Sibolga dan Tapanuli Tengah.
Suku Batak Pesisir ini sebenarnya berawal dari suku Batak Toba, Mandailing dan Angkola yang telah menetap di Sibolga dan Tapanuli Tengah, sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Setelah sekian lama terjadi pembauran dari ketiga suku Batak ini, maka datanglah imigran lain yang berasal dari Minangkabau dan Melayu dari pesisir Timur Sumatra, lalu terjadi perkawinan-campur di antara ke 5 suku bangsa ini. Dari percampuran ke 5 suku bangsa ini lah terbentuk suatu komunitas yang disebut sebagai suku Pesisir. Pada awalnya mereka berbicara menggunakan bahasa Batak, tetapi setelah berabad-abad tercampur dengan budaya Minang dan Melayu, maka akhirnya bahasa merekapun berubah dan berganti menjadi bahasa Pesisir, seperti yang mereka ucapkan sehari-hari saat ini.
Suku Batak Pesisir ini sebenarnya berawal dari suku Batak Toba, Mandailing dan Angkola yang telah menetap di Sibolga dan Tapanuli Tengah, sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Setelah sekian lama terjadi pembauran dari ketiga suku Batak ini, maka datanglah imigran lain yang berasal dari Minangkabau dan Melayu dari pesisir Timur Sumatra, lalu terjadi perkawinan-campur di antara ke 5 suku bangsa ini. Dari percampuran ke 5 suku bangsa ini lah terbentuk suatu komunitas yang disebut sebagai suku Pesisir. Pada awalnya mereka berbicara menggunakan bahasa Batak, tetapi setelah berabad-abad tercampur dengan budaya Minang dan Melayu, maka akhirnya bahasa merekapun berubah dan berganti menjadi bahasa Pesisir, seperti yang mereka ucapkan sehari-hari saat ini.
Adat
dan kebudayaan yang diamalkan oleh suku Batak Pesisir ini, lebih banyak
dipengaruh oleh budaya Melayu. Pada awalnya suku Batak Pesisir ini lebih
suka kalau disebut sebagai orang Melayu Pesisir saja, tetapi belakangan ini,
tidak sedikit dari mereka yang tidak menolak disebut sebagai suku Batak
Pesisir. Bahkan belakangan ini sebagian dari masyarakat suku Pesisir ini mulai
mencantumkan kembali marga-marga lamanya seperti Pohan, Siregar, Sitompul,
Tanjung, Pasaribu dan lain-lain.
Suku
Simalungun atau juga disebut Batak Simalungun adalah salah satu suku asli dari provinsi
Sumatera Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya.
Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerahIndia
Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga
asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih,
Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4
marga besar di Simalungun.
Orang
Batak menyebut suku ini sebagai suku "Si Balungu" dari legenda hantu
yang menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo
menyebutnya Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.
Suku Pakpak adalah salah
satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia dan tersebar di
beberapa kabupaten/kota diSumatera Utara dan Aceh, yakni di Kabupaten Dairi,
Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera
Utara), Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (Provinsi Aceh).
Suku
Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan
istilah Pakpak Silima suak yang terdiri dari :
-Pakpak Klasen (Kabupaten Humbang
Hasundutan dan Tapanuli Tengah,
Sumatera Utara)
-Pakpak Simsim (Kabupaten Pakpak Bharat,
Sumatera Utara)
-Pakpak Boang (Kabupaten Singil dan kota
Sabulusalam-Aceh)
-Pakpak Pegagan (Kabupaten Dairi, Sumatera
Utara)
-Pakpak Keppas (Kabupaten Dairi, Sumatera
Utara)
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
Suku
Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang
masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala
segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup
dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada
batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai
sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana
tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai
tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang
ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar